Doaku terhenti saat tiba saatnya
menyela doa untukmu. Aku tercenung di depan Rabbku. Tak mengapa, Ia bisa
menunggu. Tapi tidak dengan air mataku yang tiba-tiba meluncur dari pelupuk
mata. Air mata itu menderas sementara bibir dan hatiku bergeming.
“Bukan, doaku menjadi mampet bukan
karena aku membencimu. Bukan pula karena aku malu atau tidak biasa merapal doa
untukmu. Doaku terhenti karena…karena aku terlalu mencintaimu!”
Hatiku berbicara lamat-lamat
melantunkan doa agar Rabbku menjaga kesetiaan dan cintamu hanya untukku.
Dosakah aku mengucap doa itu untukmu? Itu sebab aku tercenung, sayang. Aku
ragu.
Air mata ini menderas, ragu kian
menyala tapi hatiku tak mudah berbohong. Aku ingin kau jadi milikku, seutuhnya.
Aku ingin menghabiskan sisa umur ini denganmu, dinaungi bahagia dan damai. AKu
ingin kau setia padaku, mencintaiku.
Lamat-lamat otakku mulai mengirim
perintah agar bibirku bergerak, melantunkan doa dalam hati. Napas kutarik dalam
dan panjang dan kuhembus saat memejam mata. Aku mulai bisa menggerakkan
bibirku.
“Rabb, jaga kesetiaan dan cintanya
hanya untukku. Hempaskan karang cemburu dari samudera rindu. Iringi langkah
kami yang kadang menanjak bersama bintang dan menurun bersama rembulan yang
tenggelam. Tautkan cinta kami sampai kami dipisahkan oleh kematian. Amin.”
#Blogwalking.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar