Saat embun mulai menyapa di kakisubuh……
Kusandang jihad , mencari cahaya ilmu meski berkecamuk hidup mengasah air mata……
Dengan karang ketidakmampuan ………
Di setiap putaran jalan, kubertasbih lesu…….
Bercengkrama peluh berderu
Berjuang mencapai istana ilmu yang kutuju
Tuk menggapai ridha tuhan dan para guru…….
Yang terselip di MA 1 Annuqayah p utri
Kupacu terus langkahku
Berperang melawan jenuh yang selalu datang merayu……
Untuk menempuh puluhan kilo meter istana ilmu……
Ku tak ingin berhenti sebelum sampai dan bersanding dengan para guru…….
Berlayar menikmati lautan ilmu yang tersimpan dalam banyak buku dan kitab
Hingga menjadikan aku manusia tahu
Meski kadang harus terpekik di tengah jalan
Sumbangan nunggak ataupun uang seragam yang belum dibayar
Tapi semangatku tetap satu untuk maju,karena yakin kuteguh
Bahwa tuhan kan membalas setiap butiran peluh
Dari para pejuang ilmu
Dalam kenangan puisi
Dalam kenangan puisi
Kubiarkan rindu dibatangnya menari
Hingga istilah rakaat gugur satu-satu
Pada buaian sujud yang basah
Menangislah…
Sebab menangis adalah puisi terindah
Nyanyikan hymne gerimis
Tentang rindu yang dicuri sabtu kenangan
Aku hanyalah serupa serdadu kecil di medan perang
Siap mati demi ikrar dihati
Menangislah…
Sebab menangis adalah puisi terindah
Hingga tak tersisa lagi luka berdarah
Sisa masa lampau
Sebab semuanya kan terasa benar dimata rindu….
Diam terkudus
Segal a diam yang kuanggap adalah paham terkudus
Dann dzikir-dzikir terhunus dihitungannya yang lusuh
Serupa rembulan meringkuk dalam sangkar malam
Gelap tak selalu berarti hitam
Karna terkadang ku temukan cahaya dari setiap kecewa yang mengerang
Atau otakku yang terpasung ragu
Ah,hidup selalu mempermainkan
Lebih baik diam saja agar dzikiir tak selalu mengerang sendirian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar