Rintik hujan musim kemarau
Rintik hujan kemarau panjang
Menyekat gersang pori-pori
Lalu..
Tentang ikrar yang berdarah dipelaminan
“tidurlah sayang hari masih panjang
Biar kau damai dalam dekapan sejarah”
Begitu risalah masa lalu
Bisik engkau dalam kemarau panjang hatiku
Resah mencekam
Mengakhiri segala ruang ditubuhku
Kuharap bukan rintik saja tapi rinainya
Kan menjadi instrumen terindah
Dihidupku
Rintik hujann musim kemarau
my poem 7
negeriku
Nafas memburu bagai serdadu menyerbu
Bau messiu dann suara gempita rudal menderu
Selayak hidup siistana tanpa raja
Terombang semakin menjadi
Angin hanya sesekali menyapa
Panas…panas berteriak tanpa suara
Nafas memburu bagai serdadu menyerbu
Adakah dunia belas kasih ?
Pada negeriku yang kian tak menentu
Dan………………
sekejap saja negeriku menjadi abu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar