Hai,kangen.
Apakabar? Aku kangen.
Beberapa hari ini kamu
semakin nakal. Berlari-lari di kepalaku. Melayang sampai menabrak
langit-langit. Lalu meleletkan lidah. Atau ini, membuatku kesulitan melanjutkan
tulisan tidak penting ini. Sibuk mengetik, menghapus, mengetik,
menghapus.Semuanya jadi ruwet. Bundet.
Aku sudah pernah
bilang, kan. Jangan ke mana-mana. Tapi kamu bandel. Jadi kalau sepanjang hari
ini kamu ada di mana-mana, inikah yang dinamakan kangen? Kamu bahkan
sempat-sempatnya melambai di lembabnya hujan deras tadi pagi.
Kamukok menyebalkan
ya. Tapi bikin aku kangen.
Kangen itu semacam
mendengarkan lagu kesukaan. Lalu berhenti di tengah-tengah. Lupaliriknya. Masih
senang rewind berkali-kali.
Kangenitu semacam
beberapa detik sekali mengecek hape. Membuka kotak pesan. Lalucemberut—tidak
ada pesan masuk. Mengetik pesan, menghapusnya, mengetik lagi,membaca sendiri.
Lalu hanya disimpan di draft. Duh, sedih.
Kangenitu semacam
ingin mengirim pesan. Tapi tidak punya pulsa. Kira-kira lewat telepati bisa
tidak, ya. Mungkinkah titip salam kepada gerimis kecil.
Kangenitu semacam
ingin segera merayakan tatapanmu. Sedihnya, kamu bolak-balikmerem—kelilipan
debu abu. Saat kamu bersiap menatapku. Aku meleleh.
Kangen itu semacam
menunggu jadwal bus keberangkatan. Lima menit lagi. Sibuk.Meremas-remas tiket
hingga lecek. Lalu kebelet pipis. Saat kembali, bus sudah berangkat.
Kangen itu semacam
kodok ngorek. Kangen hujan.
Kangen itu semacam
ingin update facebook. Lalu nge-tag yang dikangeni tapi
deg-degan. Akhirnya hanya menscroll beranda sampai habis.
Kangen itu semacam
ingin mention. Tapi takut tidak dibaca. Akhirnya cuma berani#nomention.
Aku kangen.
Sepagian kangen
memburu. Kuat sekali. Untung saja kangen ini tidak ada batasnya. Kalau saja
ada, pasti sudah habis. Soalnya setiap hari aku kangen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar