F i l o s o f i k O p i ^_*
Seindah apapun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak
ada jeda Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi? Bukankah kita baru
bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang?
Kasih
sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin
mencekik, jadi ulurlah tali itu. Napas akan melega dengan sepasang
paru-paru yang tak dibagi. Darah mengalir deras dengan jantung yang
tidak dipakai dua kali.
Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah. Jadi jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang. Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat. Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung. Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat,
karena aku ingin seiring bukan digiring. Dewi Lestari
s U r a t y a n g t a k p e r n a h s a m p a i "_"
Kamu takut.
Kamu takut karena ingin jujur. Dan kejujuran menyudutkanmu untuk mengakui kamu mulai ragu.
Dialah bagian terbesar dalam hidupmu, tetapi kamu cemas. Kata
“sejarah” mulai menggantung hati-hati di atas sana. Sejarah kalian.
Konsep itu menakutkan sekali.
Sejarah memiliki tampuk istimewa dalam hidup manusia, tetapi tidak lagi melekat utuh pada realitas. Sejarah seperti awan yang tampak padat berisi tetapi ketika disentuh menjadi embun yang rapuh.
Skenario perjalanan kalian mengharuskanmu untuk saling
mensejarahkannya, merekamnya, lalu memainkannya ulang di kepalamu
sebagai sang Kekasih Impian, sang Tujuan, sang Inspirasi bagi segala
mahakarya yang termuntahkan ke dunia. Selama dalam setiap detik yang
berjalan, kalian seperti musafir yang tersesat di padang. Berjalan
dengan kompas masing-masing, tanpa ada usaha saling mencocokkan.
Sesekali kalian bertemu, berusaha saling toleransi atas nama Cinta dan
Perjuangan yang Tidak Boleh Sia-Sia. Kamu sudah membayar mahal untuk
perjalanan ini. Kamu pertaruhkan segalanya demi apa yang kamu rasa
benar. Dan mencintainya menjadi kebenaran tertinggimu.
Filosofi Kopi - Dewi Lestari.
S P A S I
Seindah apa pun huruf terukir, dapatkan ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?
Bukankah kita baru bisa bergerak bila ada jarak?
Dan saling menyayang bila ada ruang?
Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan,tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu.
Napas akan melega dengan sepasang paru-paru yang tak dibagi.
Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali.
Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah.
Jadi, jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.
Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat.
Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung.
Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring.
(Spasi-Dewi Lestari)